Dalam
jurnalistik juga dikenal jenis berita menurut penyajiannya, yaitu:
1. Straight News (sering juga
disebut hard news), yakni laporan kejadian-kejadian terbaru yang mengandung
unsur penting dan menarik, tanpa mengandung pendapat-pendapat penulis berita. Straight
news harus ringkas, singkat dalam pelaporannya, namun tetap tidak
mengabaikan kelengkapan data dan objektivitas.
2. Soft News (sering
disebut juga feature), yakni berita-berita yang menyangkut kemanusiaan
serta menarik banyak orang termasuk kisah-ksiah jenaka, lust (menyangkut nafsu
birahi manusia), keanehan (oddity).
3. Feature (berita kisah), yakni berita yang disajikan dalam bentuk yang menarik, menggunakan
pelacak latar belakang suatu peristiwa dan dituturkan dengan gaya bahasa yang
menyentuh perasaan.
4. Reportase,
yakni Jenis laporan ini merupakan laporan kejadian
(berdasarkan pengamat dan sumber tulisan), serta mengutamakan rasa
keingintahuan pembaca.
Berdasarkan
sifat kejadian. Terdapat empat jenis berita, yaitu:
·
Berita yang sudah diduga akan terjadi. Misalnya: wawancara seorang wartawan
dengan Goenawan Mohamad yang tampil dalam sebuah seminar.
·
Berita tentang peristiwa yang terjadi mendadak sontak. Misalnya: peristiwa
kebakaran kantor sentral telepon.
·
Berita tentang gabungan peristiwa terduga dan tidak terduga. Misalnya:
peristiwa percobaan pembunuhan kepala negara pada acara peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW (Basuki 1983:5).
Jenis-jenis berita yang dikenal di dunia jurnalistik
1. Berita Lugas/berita langsung/hard news/stright news
Menurut Deddy (2005: 40) hard news adalah berita tentang
peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok
maupun organisasi. Berita tersebut misalnya tentang mulai diberlakukannya
sesuatu kebijakan baru pemerintah. Ini tentu saja menyangkut hajat orang banyak
sehingga orang ingin mengetahuinya. Karena itu harus segera diberitakan
Jadi, maksud dari hard news atau berita langsung adalah
berita yang penulisanya lugas, langsung, apa perlunya (straig news, hard news, atau spot news ). Prinsip penulisanya adalah piramida terbalik. Mahksudnya, hal-hal
yang terpenting disajikan pada pokok berita ( lead ), sedangkan bagian
lainya pada bagian uraian (body)
dengan urutan makin lama makin kurang penting
Jenis berita yang terpusat pada peristiwa normalnya
berbentuk berita lugas (hard news/stright news). Dalam jurnalisme
laporan berita lugas mencoba untuk menyampaikan informasi berupa peristiwa
sebagaimana nampaknya. Seperti juga seorang yang menyampaikan pesan kepada
orang lain dengan bercerita, wartawan pun menyampaikan pesan dan gagasannya
kepada audience-nya dalam bentuk sebuah cerita yang mereka sebut “news
story”. Praktik jurnalisme yang menginformasikan (sesuatu yang penting) dan
jurnalisme yang menceritakan (sesuatu kisah yang menarik).
Jack Hart, dalam A Writer’s Coach, mengatakan
bahwa tujuan utama Anda adalah menyampaikan informasi, anda mungkin akan
menulis sebuah laporan. Sebuah laporan hanya mencatat penemuan-penemuan
penelitian seseorang. Laporan biasanya disusun menurut topik. Mereka memulai
dengan semacam pandangan umum (overview) yang kemudian dilanjutkan,
secara metodik, dengan topik A, topik B, dan seterusnya.
Pada awal laporan wartawan mulai dengan pernyataan
yang meringkas penemuan-penemuan meraka, yang dikenal sebagai lead
ringaksan – summary lead. Dari sini mereka langsung masuk dalam
paragaraf topik di bawahnya. Mereka kemudian menyusunnya dalam urutan
kepentingan yang makin menurun. Gaya ini disebut bottom line. Struktur
ini memudahkan bagi editor untuk memangkas dari dasar, sehingga bisa membuang
informasi yang tidak penting dahulu. Karena informasi yang paling penting
berada di atas dan menyempit ke bawah dimana terdapat informasi yang paling
tidak penting, maka wartawan menyebut bentuk laporan ini “piramida terbalik.”
Bentuk laporan ini sangat cocok untuk diterapkan pada
suatu peristiwa besar yang pecah, seperti pecah perang antara dua negara, bom
bunuh diri, gunung meletus, tsunami, pembunuhan, dan sebagainya. Wartawan ingin
secepatnya melaporkan ini kepada pembaca. Pada awal laporan sudah terdapat sari
atau inti (ringkasan) dari kejadian yang segera dapat ditangkap oleh pembaca.
Tinggal terserah kepada pembaca sejauh mana ia ingin membaca elaborasi detail
ke bawah. Dalam berita lugas ini tidak diterapkan naratif, tidak ada gaya
bercerita. Tujuan utamanya adalah untuk menarik perhatian pembaca secepatnya
pada berita tersebut.
Ada kalanya berita lugas ini berisi
kejadian-kejadian rutin seperti kegiatan pemerintah, politik, ekonomi, pangadilan,
dan lainnya, yang isinya tidak begitu menarik bagi pembaca. Berita rutin yang
disajikan setiap hari ini oleh pembaca sering disebut sebagai berita yang
membosankan – dull news.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Straight News merupakan berita langsung,
apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman depan
surat kabar berisi berita jenis ini.
Yang termasuk jenis berita Straight News adalah Hard News: yakni berita
yang memiliki nilai lebih dari segi aktualitas dan kepentingan atau amat
penting segera diketahui pembaca. Berisi informasi peristiwa khusus (special
event) yang terjadi secara tiba-tiba.
2.
Berita Ringan (soft
news/berita halus)
Berita
ringan adalah berita yang tidak mengutamakan pentingnya kejadian
atau hangatnya berita, tetapi segi manusiawinya (human inters). Human inters adalah kejadian yang
adapat memberikan sentuhan perasaaan bagi pembaca kejadian yang menyangkut
orang biasa atau orang besar dalam situasi biasa. Penulisannya menggunakan
susunan piramida tegak dan
biasanya kronologis.
Menurut Deddy (2005: 4), soft
news (berita ringan) seringkali juga disebut dengan feature yaitu berita yang tidak terikat aktualitas namun memiliki
daya tarik bagi pembaca atau pemirsanya. Berita-berita semacam ini seringkali
menitikberatkan pada hal-hal yang dapat menakjubkan atau mengherankan pemirsa
atau pembaca. Ia juga dapat menimbulkan kekhawatiran bahkan ketakutan atau
mungkin juga simpati, misalnya tentang lahirnya hewan langka di kebun binatang,
anjing menggigit majikan, atau masyarakat kecil mendapat lotre milyaran rupiah
Berbeda dengan berita yang terpusat
pada peristiwa, jenis berita yang berdasarakan pada proses lazimnya berbentuk
berita halus atau soft news. Soft news sendiri adalah
pengembangan dari hard news. Berita-berita rutin yang bila dilihat
sepintas tidak menarik terkadang ada yang penting, atau setidaknya bisa
dikembangkan menjadi cerita yang menarik. Hal ini tergantung dari ketajaman
atau penciuman berita seorang wartawan atau editor. Misalnya penandatangan
perjanjian perdagangan antara dua negara. Kejadian formal yang berlangsung
beberapa menit ini mungkin tidak menarik. Tetapi bagi wartawan yang kreatif dan
skeptis ia bisa melihat hal menarik, misalnya dibelakang upacara formal
tersebut ada berbagai permasalahan yang terkait dengan hubungan perdagangan
antara kedua negara tersebut. Dia akan menggali hal-hal yang menarik yang bisa
disajikan lugas tetapi sudah diperhalus (soft news) dalam bentuk cerita.
Bila sebuah laporan (report) disusun terutama
untuk menyampaikan informasi, maka sebuah cerita (story) disusun
terutama untuk memproduksi pengalaman. Untuk alasan ini maka elemen struktur
dasarnya bukanlah topik, tetapi adegan (the scene). Anda akan menemukan
konstruksi paling murni pada naskah film yang secara eksplisit menyusun tulisan
dalam penggambaran action atau description of action.
Tujuan dari konstruksi berdasar adegan adalah untuk menarik pembaca ke dalam
cerita sehingga mereka bisa mengalami sendiri. Audience membaca jalan
cerita melalui serangkaian adegan untuk nilai hiburannya. Karena prosesnya
adalah melalui pengalaman (experience), maka bisa memiliki dampak
emosional yang sangat kuat pada pembacanya. Wartawan mengenal tulisan semacam
ini sebagai bentuk berita halus (soft news), yang menggunakan teknik
naratif untuk menghasilkan cerita yang dramatis.
Selain kedua bentuk dasar penulisan di atas, banyak
lahir bentuk hybrid dari para penulis yang imajinatif yang
mengeksplorasi pemutasian tanpa ada habisnya. Poin terpenting yaitu penulis
yang efektif akan berfikir dahulu tentang apa yang akan mereka tulis, dan
kemudian baru memilih bentuk yang paling cocok untuk tulisannya itu.
Charnley memperjelas perbedaan antara berita yang
ditulis dengan cara matter – of – fact, secara faktual saja dengan
berita interpretatif. Ia menjelaskan jika berita interpretatif ditulis dengan
dibubuhi interpertasi di dalamnya seperti seorang analisis, maka dalam
reportase interpretatif seorang reporter tidak hanya menghitung tetapi mencoba
menjelaskan mengapa sesuatu itu terjadi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Soft News nilai beritanya
di bawah Hard News dan lebih merupakan berita pendukung.
3.
Berita Kisah
(Feature)
Berita kisah menggunakan pelacak latar belakang suatu peristiwa dan dituturkan
dengan gaya bahasa yang menyentuh perasaan, dengan penyajian yang indah dan
menarik pembaca, serta mengembangkan unsur-unsur menarik pada alur kisah (plot)
sehingga tak jarang muncul sudut pandang penulisnya sendiri.
4. Reportase
Jenis laporan
ini merupakan laporan kejadian (berdasarkan pengamat dan sumber tulisan), serta
mengutamakan rasa keingintahuan pembaca. Reportase diharapkan mampu memberikan
fakta, data, atau informasi selengkap-lengkapnya yang dicari dan dapat melalui
pengamat, wawancara, dan penelitian serta ditulis dengan gaya penulisan yang
luwes.
Gaya
penulisan reportase hampir sama dengan berita kisah. Hanya saja dalam
reportase, data sangat di tonjolkan, bahkan dengan pengungkapan latar belakang
masalah samapai ke pemikiran berikutnya. Tugas reporter yaitu melakukan tugas
reportase dan mengumpulkan bahan–bahan sesuai dengan perencana isi berita di
koran atau majalah (termasuk majalah dinding).
Salah
satu contoh berita dalam jenis ropertase yang menarik adalah berita eksklusif,
artinya sesuai peristiwa yang jarang terjadi. Jenis berita dapat juga
dipilah–pilah berdasarkan segi pembidangnya, yaitu berita politik, ekonomi,
sosial budaya, pertahanan keamanan, atau dalam ragam berita daerah atau lokal,
nasional, regional, dan internasional.
Jenis-jenis
berita yang serupa dengan reportase adalah sebagai berikut.
a. Berita
Interpretatif
Dalam berita
interpretatif seorang wartawan harus berfikir layakanya ilmuan yang akan
meneliti sebuah permasalahan. Wartawan harus memiliki kesimpulan atau
kecurigaan awal tentang sebuah peristiwa. Kita mesti skeptis terhadap sebuah
peristiwa. Peristiwa pasti terkait dengan sesuatu yang lebih besar dan penting.
Dari kecurigaan tersebut wartawan mengumpulkan informasi sebagai bahan
pembuktian. Informasi tersebut adalah hasil wawancara dengan narasumber,
data-data, maupun pengamatan indrawi si wartawan. Setelah itu, informasi yang
terhimpun disusun dalam sebuah berita.
Jika informasi yang tersusun sejalan dengan kecurigaan
wartawan maka berarti interpretasinya terbukti. Jika tidak terbukti maka
pembuktian wartawan tersebut bisa menerangkan dan memperjelas sebuah
permasalahan. Layaknya penelitian ilmiah, dalam berita interpretasi juga tidak
dikenal salah atau benar. Tugas wartawan hanya menyajikan infomasi, setelah itu
pembacalah yang berhak untuk menyimpulkan. Untuk lebih jelasnya anda perhatikan
contoh berukut.
Berita interpretatif
menjelaskan fakta yang saling bertentangan. Sebagai
contoh semisal pemerintah berencana mengurangi subsidi bahan bakar dengan
menaikan harganya sebesar 20% bulan depan. Menurut nalar wajar tarif semua
angkutan yang menggunakan bahan bakar juga akan naik. Orang akan membatasi
kegiatannya bepergian yang tidak perlu. Apa pengaruhnya terhadap harga-harga
produk yang mesin produksinya menggunakan bahan bakar solar? Sudah tentu harga
barang-barang produksi pabrik juga akan mengalami kenaikan.
Tetapi bukti kenyataanya tidak demikian. Perusahaan
angkutan kota ditetapkan oleh para pemerintah daerah untuk tidak menaikkan
tarif. Alasannya, kenaikan harga bahan bakar ini tidak menyebabkan
perusahaan-perusahaan angkutan menderita kerugian dan karenanya tidak ada
alasan untuk menaikan jumlah setoran dari para pengemudi kendaraannya. Demikian
pula harga-harga produk buatan pabrik ternyata juga tidak mengalami kenaikan.
Bahkan, ada beberapa produk yang harganya turun.
Dihadapkan pada fakta-fakata yang saling bertentangan
ini, maka wartawan pun berada dalam posisi menulis sebuah berita interpretatif
yang memaparkan keadaan ini terhadap khalayak. Kenaikan harga bahan bakar
ternyata tidak berpengaruh terhadap barang-barang maupun tarif angkutan.
Mengapa kejadian itu seperti tidak diperkirakan?
Berdasarkan fakta-fakta yang berhasil dihimpun,
seorang wartawan harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul di
kepala setiap orang: Apa itu artinya reportase interpretatif juga seringakali
menjawab pertanyaan: Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Mungkin sang wartawan
terus juga menulis untuk menunjukan betapa perbaikan ekonomi dalam masyarakat
tidak terpengaruh oleh kenaikan bahan bakar minyak tersebut.
Sebagain besar berita interpretatif tampaknya memang
seperti penjelasan saja. Berita-berita interpretatif seakan-akan sederhana.
Padahal, reporternya sudah menghabiskan waktu berjam-jam untuk mempelajari dan
menganalisis sebelum ia menuliskannya dalam bentuk akhir. Sang reporter membuat
dua rancangan berita, konsep awal, dan revisi-revisinya ditulis kembali untuk
membuat interpretasinya itu mudah dimengerti.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Interpretative News
adalah berita yang dikembangkan dengan pendapat atau penelitian
penulisnya/reporter.
b. Berita Investigasi (Indept News)
Investigative
reporting atau Investigasi
News merupakan kegiatan peliputan untuk mencari, menemukan, dan
menyampaikan fakta-fakta adanya pelanggaran, kesalahan, penyimpangan, atau
kejhatan yang merugikan kepentingan umum dan masyarakat.
“Investigative
reporting adalah pekerjaan membuka pintu dan mulut yang tertutup rapat,”
kata ahli komunikasi William Rivers.
Investigative
reporting atau berita investigasi bertujuan mulia, yaitu
memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui (people
right to know) dari apa yang dirahasiakan oleh pihak-pihak lain yang
merugikan kepentingan umum.
Wartawan investigasi dituntut agar
mampu melihat celah pelanggaran, menelusurinya dengan energi reportase yang
besar, membuat hipotesis, menganalisis, dan pada akhirnya menuliskan
laporannya. Jurnalisme investigasi ada ketika terjadi penyimpangan dalam suatu
tatanan masyarakat. Pers punya peranan sangat penting untuk dapat
menginformasikan peristiwa yang menyimpang itu. Tidak berhenti sampai titik ini,
pers juga bisa melangkah jauh mengusut kesalahan, menemukan kebenaran, dan
mengadakan perubahan.
c.
Depth News
(Berita Mendalam)
Depth
news disebut berita mendalam karena laporan yang hendak diberitakannya memiliki
nilai berita yang berat, baik dari segi fakta, penggalian data, dan dampaknya
kepada masyarakat umum. Disebut berita mendalam, juga karena proses penggalian
datanya memerlukan perencanaan, persiapan matang, dan analisa yang mendalam.
Ada beberapa karakter depth news, yaitu:
1. Unsur
berita yang ditekankan adalah why (mengapa peristiwa terjadi) dan how (
bagaimana peristiwa itu terjadi. Terkadang so what? (apa yang akan terjadi
kemudian) dipakai untuk mendekatkan berita pada kebenaran prediksi lebih lanjut
dari suatu peristiwa yang tengah terjadi.
2. Deskripsi
berita analitis dan mengungkapkan banyak fakta penting sebagai pendukung.
3. Struktur
berita yang digunakan adalah balok tegak. Karenanya, di setiap bagian berita
(dari kepala berita, tubuh berita, hingga kaki berita) mengandung inti
peristiwa. Sehingga, membaca sebagian paragraf saja tidak dapat memahami atau
mendapatkan informasi secara utuh. Karenanya, seluruh bagian berita depth news
merupakan satu kesatuan utuh.
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa depth news adalah pelaporan
jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu
peristiwa fenomenal atau aktual.
Jenis-jenis
berita lainnya:
· Opinion news, yaitu berita tentang pendapat seseorang terhadap peristiwa
yang sedang terjadi, biasanya pendapat para cendekiawan, sarjana, ahli, atau
pejabat, mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan
sebagainya. Contoh
berita Opinion
news: PKS Protes Besaran Kenaikan BBM
·
Process – Centered News
Berita ini merupakan jenis berita yang berdasarkan pada proses (process
– centered news) yang disajikan dengan interpretasi tentang kondisi dan
situasi dalam masyarakat yang dihubungkan dalam konteks yang luas dan melampaui
waktu. Berita semacam ini muncul di halaman opini berupa editorial, artikel,
dan surat pembaca. Sedang di halaman lain berupa komentar, laporan khusus, atau
tulisan feature lainnya seperti banyak dimuat di koran minggu. Meski,
kali ini kita fokuskan terlebih dahulu pada pembahasan laporan khusus yang
berbentuk interpretatif.
Editor kerap menugaskan wartawan untuk membedah suatu
masalah dan menyajikannya dengan penjelasan-penjelasan yang berada di bawah
permukaan – beneath-the surface – peristiwa itu sendiri. Dalam liputan
yang berdasarkan proses ini, diharapkan wartawan tidak jatuh ke dalam jebakan
peristiwa – event trap. Ia tidak menunggu sampai peristiwa itu “pecah”.
Konsep tersebutlah yang mendasari process – centered news.
Tidak jauh berbeda dari jenis-jenis berita di atas,
Masduki (2004: 16) menyatakan bahwa ada dua jenis berita, yaitu:
1. Berita
Tulis
Berita
tulis adalah berita radio yang telah di tulis ulang dan melalui proses
penyuntingan dari sumber aslinya, baik berupa hasil reportase maupun kutipan
dari media massa lain sebelum diudarakan oleh penyiar. Bentuk berita ini sering
disebut dengan ad Libs (ad Libitum) sebab penyampain laporan itu
menghendaki adanya penuturan secara bebas, spontan, improvisasi tinggi tanpa
mengurangi substansi informasi yang disampaikan. Beberapa istilah lain untuk
berita tulis yaitu:
a.
Spot news,
berita pendek yang memberikan informasi kejadian secara cepat.
b.
Spot press atau news break,
yang disajikan setiap jam bahkan 15 menit.
Kedua jenis
berita di atas lebih dikenal dalam jurnalisme televisi.
2. Berita
Sisipan
Berita
sisipan yaitu berita yang menyertakan sisipan pernyataan asli narasumber (actuality voice) di sela-sela teks yang
disampaikan penyair atau reporter.